BANDARLAMPUNG
– Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus menularkan
virus energi positif, mendorong dan memberi inspirasi. Disisi lain, juga
diharapkan mampu masuk dan menguasai semua sektor, baik itu birokrasi,
akademisi, maupun politik praktis. Kendati demikian, mendorong jiwa
entrepreneurship kader juga harus menjadi prioritas, sehingga bisa
menjadi bekal untuk dapat menciptakan lapangan kerja.
Sekretaris Jendral Pengurus Besar (PB) Ikatan Alumni (IKA) PMII Dr
Efendi Choiri mengatakan secara alamiah kader PMII harus memiliki sayap
dimana-mana. Pasalnya, PMII merupakan sumber daya manusia (SDM) warga
Nahdiyin yang bukan hanya terjun, tapi juga kader yang menjadi
instrument Negara.
“Kita mengakui saat ini banyak kader PMII
yang menduduki posisi-posisi strategis di birokrasi, ada juga yang jadi
akademisi, demikian juga di ranah politik praktis. Tapi sedikit sekali
yang menjadi pengusaha,” ungkap Gus Cho’i (sapaan akrap Efendi Choiri)
saat menggelar silaturahmi dengan seluruh pengurus IKA, Pengurus Cabang
(PC), dan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Lampung di Kampung
Bambu, Senin malam (17/12).
Untuk itu, lanjutnya, IKA PMII
merupakan lokomotif yang berkewajiban mendorong setiap kader, sehingga
PMII ada dimana-mana. “Kader PMII jangan menyesal kendati belum jadi
apa-apa. Berdasarkan data dari intelligent, 92 persen warga Lampung
muslim. Sebanyak 52 persennya warga Nahdlatul Ulama (NU). Ini menjadi
peluang untuk kita semua. Karena itu dalam konteks kepemimpinan sangat
strategis,” jelas anggota Komisi I DPR RI ini diamini Ketua IKA PMII
Lampung Noverisman Subing.
Untuk ulama, kata Gus Cho’I, NU
masih terbesar, yang masih kosong adalah pengusaha. Dari sekian banyak
kader PMII, menurutnya harus ada yang menjadi pengusaha. “Kalau suatu
saat pola pikir pragmatis masyarakat ini tidak tertolong, para pengusaha
ini lah yang nantinya bisa menyokong kader PMII yang layak untuk
dijadikan pemimpin,” harapnya. Mantan wartawan ini menuturkan PMII
merupakan organisasi yang lahir dari rahim NU dan merupakan bagian dari
civil society. Harus ada instrument mahasiswa di kampus yang berpikir
independen, terus menerus disesuaikan keadaan, bersifat demokratis,
terus menerus tidak permanen. “Dalam konteks ini, jangan takut adanya
perbedaan, karena itu merupakan proses pematangan jiwa,” terangnya.
Lebih jauh ia mengingatkan bila Nabi Muhammad 27 tahun sebelum menjadi
Rasulullah merupakan seorang pedagang. “Ini menunjukan bila berwirausaha
merupakan salah satu langkah positif untuk menjadi sukses,” kata dia.
Meski begitu, harus didukung pula dengan kader yang bergerak di ranah
politik. Karena terjun kepolitik merupakan jalan pintas untuk memiliki
sesuatu, jalan pintas untuk memberi sesuatu, dan jalan pintas untuk
memobilisasi kader menjadi sesuatu.
Untuk itu, perlu diciptakan
suatu forum yang rutin membicarakan tentang entrepreneurship dan harus
segera dimulai. “Untuk kurikulum pergerakan juga harus dimasukan materi
kewirausahaan ini,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, salah satu
pengurus IKA PMII Ari Munawar mengatakan bila wacana kewirausahaan sudah
dibahas sejak tahun 1990. Sayangnya, wacana ini menjadi pemikiran yang
belum disahuti. “Hari ini materi pembelajaran PMII masih berkutat pada
silabus yang lama. Untuk itu, harus ada penambahan dalam silabus yang
disesuaikan dengan era dan zaman. Sehingga produk-produk PMII bisa
menjadi kader yang mumpuni dan benar-benar unggul disegala sektor,”
tanggapnya.
Demikian juga diungkapkan Ketua GP Ansor Lampung
Khaidir. Menurutnya saat ini banyak laboratorium politik yang dijadikan
pembelajaran informal kader PMII. “Tidak dapat disalahkan juga karena
banyak kader belajarnya pada politisi, sehingga doktrin yang masuk
politik. Saya kira perlu ada terobosan. IKA PMII ini merupakan wadah
akumulasi modal kader yang bias menjadi stimulan alumni yang ingin
mendarmabaktikan ilmunya,” kata dia. Pada kesempatan yang sama,
salah satu anggota KPU Provinsi Lampung Solihin membagi tiga kunci
sukses kepada kader PMII. Menurutnya, kunci sukses yang pertama adalah
kemampuan intelektual, kedua ilmu pergaulan, dan ketiga ilmu
kemasyarakatan. “Ketiga itu harus seiring sejalan. Percuma saja ilmu
kita tinggi tapi dalam bermasyarakat tidak bias,” tuntasnya.
1 komentar:
Assalamualaikum salam pergerakan kunjungi Pula web IKA PMII Provinsi Lampung https://ikapmiilampung.wordpress.com
Terima kasih
Wassalam mu’alaikum
Posting Komentar