Sejarah PMII

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus bercita-cita mewujudkan Indonesia ke depan menjadi lebih baik. Lahirnya PMII tentu tidak berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak, namun pihak NU belum memberikan green light.

Islam Dalam Masyarakat yang Berkebudayaaan

Agama dan budaya merupakan dua unsur penting dalam masyarakat yang saling mempengaruhi. Ketika ajaran agama masuk dalam sebuah komunitas yang berbudaya.

Makna Lambang PMII

Makna Lambang PMII dan Makna Bendera PMII

Islam Agama Rahmatan Lil 'alamin

Agama Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW diperuntukkan bagi seluruh umat manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, Islam dikenal sebagai agama yang bersifat universal. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al Qur’an : “Wamaa arsalnaka illa rohmatan lil ‘alamin” Yang artinya :” Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. Al Anbiya’ : 107).

Kisah Mahbub Junaidi

Mahbub Junaidi namanya “Pendekar Pena” panggilannya. Sosok kelahiran 27 juli 1939.

Selasa, 27 November 2012

KEMBALI KE AGAMA, KEMBALI KE PERDAMAIAN


Mutakin
Mutakin
Ketua Umum PC PMII Bandarlampung

Agama selalu hidup dalam sejarah umat manusia dan mengikuti perkembangan zaman. Dari waktu ke waktu agama mengalami penafsiran ulang yang kadang digunakan kelompok-kelompok tertentu untuk membela kepentingannya. Murad W Hofmann (2006 dalam mujtahid, 2011) sebagai tokoh yang sangat concern terhadap perdamaian agama, berusaha mempertemukan antara agama, dalam hal ini misalnya, Islam dan Kristen, dengan membuka jalan dialog, kerjasama dan alternatif lainnya. Selama ini, kedua agama ini saling menyimpan kecurigaan yang kuat dan tak jarang hingga meletuskan konflik dan konfrontasi yang destruktif bagi tumbuhnya keharmonisan bagi antar pemeluk agama.

Islam sendiri dalam wataknya yang asli adalah anti kekerasan. Watak Islam yang asli sebagaimana ditunjukkan oleh Rasulullah ketika beliau hijrah ke thaif Uthiopia. Sesampai di Uthiopia beliau dilempari batu oleh sebagian penduduk sampai berlumuran darah, namun beliau tidak mengutuk mereka melainkan justru mendo`akan petunjuk, dan rahmat bagi mereka. Demikian juga ketika perang Uhud, Rasulullah tidak membenci para pemanah yang tidak setia pada perintah beliau yang mengakibatkan kekalahan, melainkan beliau berlaku lemah lembut dan tetap mengayomi mereka. Rosul-rosul Allah yang pengampun terhadap kesalahan umatnya terbukti lebih berhasil dalam misinya dari pada yang sebaliknya.

Sikap lemah lembut dengan penuh kasih sayang sudah sepatutnya dipercontohkan oleh para orang tua, para pendidik dan komunitas sekolah lainnya sebagai manivestasi ajaran agama yang diyakininya.  Kekerasan harusnya tidak boleh terjadi dilingkungan sekolah seperti yang yang terjadi di dunia pendidikan yang marak diakhir-akhir ini.  Agama mengajarkan kasih sayang dan kelemah lembutan serta pengampunan.  sama halnya dalam agama kristen katolik disebutkan dalam ensiklik (surat pernyataan Paus) Redempotoris Missio yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II tahun 1990.
Saling mengerti, memahami, menaruh cinta kasih dan menghormati satu dengan yang lainnya adalah ajaran agama yang seharusnya diterapkan oleh manusia yang beragama. Bangsa Indonesia yang merupakan bangsa yang multikulturalisme. Bangsa yang didalamnya terdapat bermacam budaya, suku, etnik, dan agama, sehingga orang-orang didalamnya baik secara idividu maupun kelompok sudah sepatutnya untuk bersikap toleran. Oleh karena itu, umat beragama harus menegaskan kembali identitas keagamaan di tengah-tengah umat beragama lain yang juga eksis. Pluralisme keagamaan sudah menjadi kenyataan sejarah yang tidak mungkin bisa dihindari, menafikan pluralisme sama artinya dengan menafikan keberadaan manusia itu sendiri. Namun, pluralisme dan perbedaan (eksoterik) agama sering menjadi sumber konflik dan ketegangan di antara umat beragama. Bahkan umat beragama sebagian besar masih memandang agama lain dalam konteks "superior" dan "inferior".

Setiap permasalahan harus dilihat dari dua perspektif-dialegtis: objektifikasi dan transendensi, demokrasi dan teokrasi.  Objektifikasi maksudnya, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seluruh komponen bangsa harus saling mengerti dan memahami, harus bermusyawarah untuk memecahkan persoalan bersama, harus saling bekerjasama dan tolong menolong, berbuat yang menguntungkan masyarakat serta senantiasa menjaga keseimbangan, keharmonisan dan keserasian.
Objektifitas menuntut masing-masing kelompok kepentingan daqlam masyarakat untuk menahan diri, tidak memaksakan kehendak apalagi menafikan pihak lain. Sebab manusia secara antologis (dalam realitasnya) terdiri dari berbagai bangsa, suku, agama, kelas, partai, golongan dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan transendensi dalam Islam adalah kesadaran bahwa manusia itu memiliki fitrah dan hanif.  Keyakinan fitrah tidak hanya mengatakan bahwa manusia berasal dari Tuhan melainkan lebih dari itu bahwa manusia adalah “Miniatur Tuhan”.  Agama telah mencandra bahwa manusia adalah Khalifah Allah di muka bumi. Karena itu dalam kompleksitas pelaksaan tugas kekhalifahan manusia perlu menginternalisasi nila-nilai ketuhan seperti berlaku adil, kasih sayang, menegakkan kebenaran dan kearifan.  Transendensi juga bermakna bahwa tindakan manusia itu bersifat taklif, karena itu manusia harus senantiasa memiliki responsibility dan accountability baik secara vertikal di hadapan Tuhan maupun secara horisontal kepada sesama manusia dan kepada alam.

Harusnya kita Arif melihat Bangsa Indonesia yang Multiagama, tidak berdasarkan mayoritas tetapi merangkul semua kalangan dari penduduk Nusantara, founding father telah menetapkan ideologi Bangsa yang termuat dalam “Pancasila”. Dalam hal ini penulis ingin melihat satu dari lima point ideologi Bangsa Indonesia yaitu sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”. Makna sila pertama ini lebih menekankan Sifat-sifat Luhur/ Mulia Tuhan yang mutlak harus ada dalam individu, kelompok dan Bangsa Indonesia. Hal ini juga menunjukkan pentingnya menginternalisasikan nilai-nilai Luhur Tuhan. Sifat-sifat Luhur tersebut diantaranya penyayang, pengasih, pengampun/pemaaf dan sebagainya.

opini ini pernah dipublikasikan aleh Lampung Post pada Hari Jum`at Tanggal 23 November 2012